Kunjungan ke Bromo


Pada tanggal 25 Januari 2018, saya bersama angkatan saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke gunung Bromo. Dalam perjalanan ini, kami tidak hanya keliling Malang tetapi juga berkeliling kota Surabaya hingga Batu untuk program studi lapangan SMA Labschool Kebayoran. Kunjungan ini berlangsung dari tanggal 22-27 Januari 2018. Saya sudah sangat antusias mengikuti program ini karena kapan lagi dapat jalan-jalan ke luar kota bersama  satu angkatan.
Awal perjalanan pendakian ke gunung Bromo kami dimulai dari jam 00.00 dimana kami di bangunkan untuk bersiap berangkat. Padahal malamnya kami tidur hanya dari jam 10. Saya sudah menyiapkan hoodie angkatan dan pakaian suhu dingin di saat sebelum tidur sehingga paginya tinggal berangkat. Saya memang berencana memakai 2 lapis baju agar tidak terlalu dingin saat sudah diatas sana. Selain hoodie, saya juga menyiapkan topi beanie, sarung tangan dan juga masker. Jam 01.00 pagi semua siswa sudah berkumpul di aula dan mulai menuju elf masing-masing. Saya melihat teman-teman saya jalannya masih lemes dan matanya merah karena kurang tidur. Setelah di briefing tentang perjalanan pendakian Bromo kami pun di arahkan menuju elf. Sebelum naik elf, kami diberi konsumsi berisi roti, pisang dan keju untuk makanan sarapan. Kebanyakan teman saya di elf menghabiskan waktu perjalanan dengan tidur dan istirahat agar tidak ngantuk dan lelah. Perjalanan dari Hotel Kusuma Agrowisata ke Bromo membutuhkan waktu kira-kira 3 jam. Tetapi karena saya tidur, perjalanan tersebut hanya terasa seperti 20 menit. Suhu udara di Bromo relatif rendah yaitu 12 derajat celcius. Meskipun tidak terlalu rendah, tapi karena hujan dan angin yang sangat kencang saya pun kedinginan. Setelah mengumpulkan orang-orang untuk naik jeep 8, kami di beri konsumsi lagi untuk perjalanan ke atas, kami pun berangkat. Saya kaget ketika melihat betapa berkabutnya jalanan ke puncak. Supir jeepnya sepertinya sudah hafal betul jalanan menuju destinasi. Perjalanan membutuhkan waktu 1 jam kurang lebih. Saya berniat tidur lagi tadi di elf tetapi karena kursi yang keras dan jalan yang penuh batu saya menyimpan niat tadi. Sesampainya kami di Bukit Cinta saya lumayan kecewa karena yang seharusnya melihat sunrise kami hanya melihat kabut. Diatas sana juga sedang hujan lumayan deras sehingga saya harus beli jas hujan. Karena pemandangan yang ditutupi kabut dan suhu yang dingin saya dan teman saya memutuskan untuk makan indomie dan minum kopi di warung yang tersebar di sepanjang jalan. Saya memesan indomie rebus dan kopi luwak panas. Panasnya kuah langsung dingin dengan waktu yang sangat singkat setelah dipaparkan ke udara pegunungan. Setelah makan saya dan teman saya akhirnya balik ke jeep untuk menghangatkan tubuh.
Setelah Bukit Cinta, kami menuju ke lapangan yang dekat dengan kawah. Walaupun ketinggiannya dibawah Bukit Cinta, tetap saja anginnya sangat kencang. Tetapi saya sangat bersyukur karena di lapangan ini sudah tidak hujan. Walaupun sudah memakai dua lapis baju, sarung tangan dan juga masker tetap saya saya sangat menggigil. Salah satu faktor yang menyebabkan kedinginan juga karena hoodie saya agak basah dari perjalanan di Bukit Cinta. Di lapangan ini atraksi utamanya merupakan naik kuda. Saya tidak mau melewati kesempatan naik kuda di Bromo jadi saya rela membayat 100 ribu rupiah untuk keliling naik kuda. Sang kusir menawarkan apakah mau ke kawah, tetapi harus menambahkan 100 ribu lagi. Saya menolak. Setelah turun dari kuda, sempat ada kehangatan matahari menembus awan, tetapi hanya bertahan 5 detik. Kabut yang tadinya menyelimuti semua keindahan alam akhirnya tertiup. Saya dapat berfoto-foto bersama teman-teman. Saya dan teman saya jalan ke warung dan memesan energen hangat karena suhu masih rendah. Setelah itu saya dan teman saya masuk jeep untuk menghangatkan tubuh dan mengoleskan balsem agar hangat. Saya kembali ke lapangan tadi untuk berfoto-foto lagi. Tak lama kemudian, ketiga ketua angkatan mengumpulkan kami untuk menghimbau agar balik ke jeep untuk meneruskan perjalanan ke destinasi selanjutnya, yaitu Bukit Teletubies. Pengaturan orang di jeep sudah mulai acak. Jeep saya termasuk yang berangkat awal-awal. Sesampainya di Bukit Teletubies, saya sempat mengambil beberapa foto dan setelah itu teman jeep saya memutuskan untuk jalan duluan, karena tidak terlalu banyak yang dapat dilihat di Bukit Teletubies.
Saat jeep-jeep lain sampai di Bukit Teletubies, jeep saya sudah berangkat. Temen seper-Jeep-an saya setuju dengan ide jalan-jalan sepanjang jalur untuk mencari spot foto yang bagus. Kami berhenti di tepian jalan untuk berfoto dengan pemandangan dan juga dengan jeep. Supir jeep kami sangat baik karena sudah mau jalan duluan dan berhenti di beberapa spot hanya untuk foto. Kami mengobrol dan muncul ide untuk memberi sang supir tips lebih karena ramah dan baik. Kami mengumpulkan duit sebesar 50 ribu rupiah untuk diberi ke supir. Perjalanan selanjutnya adalah menuju pasir berbisik. Saat kami sampai disana, tentu belum ada siswa Labschool yang duluan. Tetapi ternyata kurang terdengar “bisikan” pasirnya. Kami pun balik ke jeep. Matahari sudah memancarkan sinarnya. Kabut sudah mulai hilang. Yang tadinya hanya dapat melihat sekitar 10 meter kini sudah dapat melihat jauh dengan jelas. Setelah mengunjungi semua atraksi utama di gunung Bromo, kami balik ke tempat berangkat tadi. Kami berterimakasih kepada supir dan memberinya 50 ribu tadi yang sudah kami kumpulkan. Kami ingin menghangatkan badan jadi kami membeli bakso yang berada di dekat parkiran elf. Hangatnya kuah bakso dan dinginnya badan menyeimbangkan sesama. Hoodie dan baju yang basah akhirnya dapat diganti.
Setelah menunggu kira-kira 1 jam untuk teman-teman yang lain, akhirnya semua sudah sampai dan memenuhi elf nya masing masing. Sangat banyak kesan-kesan dan memori seru yang susah dilupakan hingga tumbuh besar nanti. Banyak momen kebersamaan dan kehangatan yang mempererat angkatan. Inilah kenangan terindah saya dalam perjalanan studi lapangan SMA Labschool Kebayoran 2018.


Medinanda Radiandityo XI MIPA 4



                                                           Foto saat naik kuda di Bromo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menelusuri Sejarah Kendaraan di Museum Angkut

SUASANA RUANG MEJA MAKAN KELUARGA LAKSAMANA MAEDA!

Belajar dari Peninggalan Bom Bali I