Kunjunganku ke Bromo

Oleh : Elena Adjani J / XI MIPA 4

Pada tanggal 22 Januari 2018 sampai dengan 27 Januari 2018, saya dan teman-teman angkatan 16 Heksadasa Darmantya Brahwalaga SMA Labshool Kebayoran melakukan kegiatan Studi Lapangan ke Malang. Kegiatan studi lapangan merupakan salah satu kegiatan yang paling saya tunggu-tunggu di kelas 11 ini, karena pada kelas 12 nanti, kunjungan studi lapangan tidak akan selama & sejauh studi lapangan kali ini. Pada kesempatan ini, saya akan menceritakan pengalaman dari tempat yang paling saya tunggu-tunggu dalam kegiatan studi lapangan ini dan menurut saya adalah pengalaman yang paling berkesan untuk saya.

Hal yang paling berkesan untuk saya adalah pada saat kami berkunjung ke gunung bromo pada tanggal 25 Januari. Sebelumnya, saya akan menjelaskan informasi sedikit tentang Gunung Bromo. Gunung bromo merupakan gunung yang masih aktif, gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Gunung Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Pengalaman berkesan saya diawali pada saat pukul 11 malam tanggal 24 Januari 2018, saat kami dibangunkan untuk siap-siap dan berangkat ke gunung bromo dengan elf kami yang sudah parkir di depan hotel kami. Kami berangkat tengah malam menaiki elf selama 3 jam. Selama perjalanan, suasana sangat hening karena kami semua tidur dengan lelap. Sekitar 1 jam sebelum sampai, saya bangun dan memandangi perjalanan sekitar saya. Pemandangan sudah penuh dengan kabut yang tebal. Hal itu cukup membuat saya takut sekaligus kagum.

Setelah 3 jam di elf, akhirnya kami sampai di tempat jeep kami menunggu. Keluar dari elf, hawa dingin langsung menusuk kulit kami walaupun kami sudah memakai jaket ditambah dengan hujan gerimis yang membasahi kami. walaupun. Cukup sulit untuk mencari jeep kami karena saat itu masih sangat gelap dan kebetulan langit sangat mendung. Akhirnya, setelah lama menunggu teman-teman, akhirnya jeep kami berangkat ke kawasan melihat sunrise gunung bromo.

Perjalanan di jeep terasa sangat lama karena posisi kami yang sempit-sempitan dan perjalanan yang tidak mulus, tapi itu semua menjadikan pengalaman saya lebih berkesan lagi. Belum lagi kabut yang selalu menghiasi perjalanan kami selama di jeep yang tambah memberikan kesan menyeramkan bagi saya.

Akhirnya kami sampai di tempat melihat sunrise atau matahari terbit di kawasan gunung bromo, tapi sangat disayangkan saat kami sampai, cuaca sedang hujan di sana. Walau hujan saya dan teman saya tetap jalan kaki menuju bukit cinta dan lanjut menaiki tangga menunggu menuju tempat melihat sunrise. Sampai di atas, langit masih gelap, kami tetap menunggu sampai sunrise terlihat. Akan tetapi, saat langit sudah terang, ternyata pemandangan sekitar benar-benar tertutup oleh kabut. Kami semua kecewa, tetapi tetap berfoto-foto juga walau tidak ada pemandangan. Akhirnya, kami kembali ke jeep kami dan melanjutkan perjalanan ke savana.

Sesampai di savana, kami disambut dengan angin kencang yang sangat dingin. Saya dan teman-teman makan bakso untuk menghangatkan tubuh kami di sana. Pastinya kami juga berfoto-foto walaupun pemandangan yang terlihat di sekitar kami hanyalah kabut yang sangat tebal sampai gunung bromo yang harusnya terlihat jelas benar-benar tidak tampak. Banyak juga teman-teman yang naik kuda di sana walau harganya mahal dan ada juga yang mendaki lagi sampai ke kawah gunung bromo, tetapi saya dan beberapa teman-teman memilih untuk hanya berfoto-foto saja di kawasan savana.

Perjalanan kami dilanjutkan dengan mengunjungi bukit teletubbies dengan menaiki jeep. Disebut bukit teletubbies karena bukit yang berada di tempat tersebut memang sangat mirip dengan bukit yang terlihat di film anak-anak, Teletubbies. Menurut saya, pemandangan yang paling indah adalah di bukit teletubbies ini. Belum sampai saja, pemandangan sudah penuh dihiasi penuh dengan hijaunya bukit-bukit. Memang pemandangan yang sangat menenangkan hati dan sejuk. Walau angin masih terasa sangat kencang di sana, tetapi hawa sekitar sudah tidak sedingin saat kami berada di savana. Mungkin karena tubuh kami sudah terbiasa dan hari sudah lebih siang dan cerah. Kami berfoto-foto di sana. Tak lupa sedikit kabut menghiasi pemandangan kami saat kami berfoto. Banyak juga teman-teman yang mendaki sampai ke atas bukit, tetapi pada akhirnya dilarang oleh guru yang sedang berada bersama kami karena mungkin dianggap terlalu jauh dan sulit untuk diawasi.

Kami kembali ke jeep dan melanjutkan perjalanan ke pasir berbisik. Dinamai pasir berbisik ternyata terinspirasi dari fenomena ketika angin bertiup dan mengenai butiran-butiran pasir, pasir tersebut akan bersuara dan terdengar seperti bisikan. Di pasir berbisik, kami dapat menikmati pemandangan hamparan pasir yang luas dengan pemandangan bukit yang dihiasi dengan ombak-ombak pasir. Menurut saya, pemandangan di sana terlihat sangat unik sekaligus mengagumkam dan terlihat seperti pemandangan di film-film. Tak lupa, kami berfoto-foto di sana dan kembali ke jeep untuk kembali ke elf untuk pulang dari bromo.

Walaupun saya pribadi merasa kecewa dengan pemandangan yang tidak sesuai ekspektasi, terutama di tempat melihat matahari terbit dan savana. Pengalaman di gunung Bromo ini tetap menjadi pengalaman yang paling berkesan untuk saya. Alasan kenapa pengalaman di bromo adalah yang paling berkesan bagi saya adalah karena di bromo, kami hanya bersenang-senang dan berfoto-foto. Walaupun sebelum kegiatan studi lapangan ini saya sudah pernah ke bromo, tetapi kali ini terasa berbeda dan lebih menyenangkan karena saya ke bromo bersama teman-teman.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menelusuri Sejarah Kendaraan di Museum Angkut

SUASANA RUANG MEJA MAKAN KELUARGA LAKSAMANA MAEDA!

Belajar dari Peninggalan Bom Bali I