Selamat Pagi! Putra-Putri yang Menyambut Indonesia Dengan Ceria


Minggu kemarin, tanggal 22 – 27 Januari 2018. Saya dan teman-teman angkatan Heksadraga pergi mengunjungi Surabaya dan Batu. Kunjungan itu dilakukan dalam rangka studi lapangan yang diadakan SMA Labchool Kebayoran.
       Salah satu tempat yang kami kunjungi di kota Batu adalah SMA Selamat Pagi Indonesia. Pada awalnya saya mengeluh dalam hati karena menganggap hal ini membosankan. Saya tidak mengerti apa maksud sekolah mengadakan kunjungan jauh-jauh ke kota Batu hanya untuk mengunjungi sekolah lainnya. Tetapi saat antri untuk memasuki gerbang, pikiran saya tiba-tiba terbuka. Melihat anak-anak yang kurang lebih seumuran dengan saya sedang memasangkan gelang tanda masuk ke teman-teman di depan saya. Saya sempat bercanda dengan teman di belakang saya “udah kaya dufan aja, pake gelang segala”. Ya itulah kalimat yang terlontarkan dari mulut awam ini. Saya pun sempat berandai-andai tentang apakah yang akan menyambut saya ada di dalam.
       Setelah selesai mengantri, saya pun masuk ke dalam dengan disambut murid-murid SMA SPI yang berpakaian adat seraya mengajak kami untuk melakukan ‘tos’. Saya pun menelusuri jalan setapak yang menuntun saya ke sebuah ruangan dimana saya dan teman-teman saya dikumpulkan untuk mendengarkan sambutan oleh Ibu kepala SMA SPI.
Setelah Ibu kepala SMA SPI memberikan sambutan, ia menayangkan sebuah film pendek yang berisi profil sekolah. Awalnya saya dan teman-teman sempat meremehkan film itu karena animasi yang digunakan terlihat “lebay”. Tetapi, isi film itu telah berhasil membuat saya dan teman-teman menjadi melankolis. Dari film itu, saya mengetahui bahwa anak-anak yang bersekolah disini ialah anak-anak terpilih yang merupakan yatim piatu yang kurang mampu dan berasal dari banyak tempat di Indonesia. Pantas saja saat pertama kali disambut, ada dua orang murid perempuan yang mengenakan pakaian adat khas papua, saya kira mereka hanya sekedar memakai pakaian tersebut, tetapi pakaian itu ternyata memang pakaian khas daerah mereka.
       Hal yang membuat hati saya terasa emosional ialah suatu segmen dimana anak-anak tersebut mengakatan dirinya tidak mengetahui siapa orangtuanya. Setelah mendengarkan kata-kata itu terucapkan oleh seorang anak, tiba-tiba saja saya merasa terharu. Awalnya saya malu karena mengira saya saja yang merasa seperti itu. Ternyata saat saya melihat sekeliling saya, teman-teman juga ikut merasa tersentuh saat menyaksikan film tersebut.
Di film tersebut juga ditampilkan pendiri yayasan yang mengatakan bahwa murid-murid di sini dilatih untuk melakukan kegiatan – kegiatan entrepreneur yang memang berguna bagi mereka di masa depan. Hanya sekitar 20% kegiatan yang mereka lakukan di kelas, sedangkan sisanya dilakukan di luar kelas.
       Setelah selesai mendengar sambutan dan menyaksikan film, rombongan kami dibawa ke tempat pertunjukan untuk menonton sebuah pertunjukan. Awal nya saya kira pertunjukan tersebut hanyalah sebatas drama sederhana. Ternyata pertunjukan yang ditampilkan berisi aksi-aksi akrobat serta koreografi yang cukup sulit. Kami pun memberikan tepuk tangan yang meriah setelah pertunjukan berakhir. Setelah itu, kami melakukan foto bersama pemain pertunjukan yang ternyata merupakan gabungan dari siswa dan alumni SMA SPI.
       Setelah puas menonton pertunjukan kami dikelompokan sesuai kelas dan diajak berkeliling di daerah SMA SPI yang ternyata sangatlah luas. Kalau tidak salah luasnya mencapai 17 hektar. Saya sangat terpukau saat mengetahui luas sekolah ini berkali-kali lipatnya luas sekolah saya.
       Acara keliling sekolah pun dimulai dengan mengunjungi sebuah ruangan yang berisi informasi tentang kegiatan outbond yang diselenggarakan SMA SPI. Kegiatan-kegiatan tersebut dipandu oleh murid dan alumni SMA SPI. Terdapat banyak paket outbond, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tempat berikutnya yang kita kunjungi ialah hotel SMA SPI. Ya, benar hotel, awalnya saya juga terkejut saat mengetahui ada hotel di dalam sekolah ini. Yang mengurusi hotel tersebut ialah murid dan alumni dari SMA SPI. Hampir semua pekerjaan dilakukan oleh murid dan alumni, mulai dari receptionist hingga room service. Setelah berkunjung ke hotel, kami digiring ke perternakan mini milik SMA SPI. Di perternakan ini terdapat kelinci, ikan, kambing, ayam, bebek, dan burung puyuh. Yang mengurus serta merawat semua binatang-binatang itu tidak lain ialah murid dan alumni SMA SPI pula. Saat berada di sini, saya benar – benar merasa seperti tinggal di sebuah kota-kotaan.

Gambar 1. Hotel Transformer Centre (SMA SPI)

       Setelah puas berkeliling, saya dan para siswa laki-laki lainnya pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat jumat. Selesai sholat kami makan siang bersama-sama. Ternyata makan siang yang kami santap pun ialah makanan yang dimasak oleh murid dan alumni SMA SPI. Selesai makan perut kami semua pun kenyang, kami pun bertolak ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke tempat lainnya. Sebelum pulang beberapa dari kami sempat berfoto – foto dan juga berkunjung ke gerai oleh – oleh yang berada di SMA SPI. Seolah tiada habis – habisnya sekolah ini membuat saya terkejut, sebab saat berada di gerai oleh – oleh, hampir seluruh barang yang dijual ialah barang yang di produksi siswa – siswa SMA SPI. Kaos, celana, minuman, keripik, mainan, dan masih banyak lainnya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu. Saya pun tergiur untuk membeli choco banana dan cheese stick, sebab kemasannya yang sangat unik. Sebelum pulang, awalnya kami akan dipertontonkan pertunjukan lainnya. Tapi, akibat kurangnya durasi, acara tersebut dibatalkan.
       Kunjungan pun berakhir, kita semua diarahkan untuk masuk ke bus, siswa-siswa SMA SPI pun melambai – lambaikan tangan mereka ke arah kami. Seperti suatu pepatah, di mana ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan, di mana ada awal, pasti akan ada akhir. Itulah yang dinamakan hidup. Ketika akhir sebuah perjalanan akan menjadi awal perjalanan yang lain, dan sebuah perpisahan akan menjadi pertemuan dengan sesuatu yang baru. Dari kunjungan ini saya memetik beberapa hikmah seperti belajar untuk lebih bersyukur atas apa yang kita miliki dan lebih peduli atas keadaan orang lain.



Oleh: Thariq Razan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menelusuri Sejarah Kendaraan di Museum Angkut

SUASANA RUANG MEJA MAKAN KELUARGA LAKSAMANA MAEDA!

Belajar dari Peninggalan Bom Bali I