Senapan Bren dan Sejarah Polri

Pada awal semester 2 kelas XI, saya serta teman-teman angkatan saya ditugaskan oleh guru Sejarah Indonesia kami untuk mengunjungi sebuah museum dan menceritakan kembali sebuah artefak yang bersejarah. Awalnya, saya mengalami kesulitan dalam memutuskan museum apa yang akan saya kunjungi, kapan saya bisa mengunjunginya, dan dengan siapa. Saya akhirnya memutuskan untuk mengunjungi museum terdekat dengan Labschool, yaitu Museum Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), bersama teman saya pada hari Jum’at, tanggal 16 Maret 2018. 
Museum Polri merupakan museum yangmemperlihatkan perjalanan panjang Kepolisian Negara Republik Indonesiakepada masyarakat Indonesia. Musuem ini didirikan sebagai pelindung serta penjaga ketertiban di dalam masyarakat, dan juga sebagai kekuatan perang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Museum Polri menawarkan penelusuran sejarah Kepolisian NKRI melalui sentuhan galeri sehingga tanpa terasa membawa para pengunjung pada alam kepolisian masa lalu hingga masa kini.
Museum yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini terletak di Jalan Trunojoyo Nomor 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan berada dalam satu gedung bersama Markas Besar Polri.Di bagian luar museum, terdapat sebuah patung Bapak Kepolisian Negara RI R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo yang diresmikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid ditemani sebuah helikopter dan mobil truk.
Museum Polri terbuka untuk umum dari hari Selasa sampai dengan hari Minggu. Museum Polri juga tidak menagih biaya atau tiket masuk kepada para pengunjungnya dan orang-orang dari segala usia diizinkan untuk berkunjung. Bahkan, tidak sedikit rombongan sekolah TK dan SD yang mengunjungi Musem Polri. Tetapi, pengunjung tetap diminta untuk menyerahkan kartu identitas seperti KTP atau kartu pelajar kepada resepsionis dan barang-barang yang dibawa seperti tas atau jaket harus dititipkan ke dalam loker. 
Saat saya dan teman saya memasuki Museum Polri, kami bertemu dengan sebuah dinding besar yang terbentuk seperti bendera negara Indonesia. Di bagian berwarna merah, tercantum tulisan Tribrata dan Catur Prasetya yang menjadi pedoman setiap polisi. Di bagian berwarna putih, tercantum daftar nama ratusan anggota polisi yang gugur dalam berbagai peristiwa di Nusantara.Setelah kami melihat daftar nama tersebut, kami pergi menuju ke koleksi peralatan yang merupakan alat bantu utama Polri dalam menjalankan tugasnya. Koleksi peralatan tersebut memberikan gambaran bagaimana perkembangan teknologi dalam mendukung, membantu, dan dimanfaatkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk menjalankan tugas pokok. 
Lalu, kami pergi menuju ruangan Koleksi dan Peristiwa serta area Hall of Fame di lantai dasar. Di ruangan Koleksi dan Peristiwa, terdapat koleksi barang-barang peninggalan polisi seperti sepeda, motor, telepon, handie talkie, alat penyadap dan alat-alat canggih pada masanya. Pada dinding ruangan ini, terdapat pula foto-foto yang menunjukkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Polri pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Dinding di sekitar ruangan ini ditempel wallpaper yang bertuliskan sejarah militer sejak jaman Nusantara (asal mula Bhayangkara) hingga terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia (yang memisahkan diri dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). 
Di samping ruangan Koleksi dan Peristiwa adalah area Hall of Fame, di mana terdapat deretan profil mantan kepala Polri sepanjang tahun 1945 hingga saat ini. Hall tersebut didedikasikan kepada mereka karena pasang surut Kepolisian Negara Republik Indonesia juga dipengaruhi dengan gaya kepemimpinan dan kepribadian pemimpinnya. Sikap dan pribadi pemimpin dalam memimpin merupakan hal yang dapat dipelajari dan dianalisis untuk dimanfaatkan pada generasi penerus. Budaya, tradisi, kebiasaan, peraturan, dan kebijakan senantiasa mempengaruhi dan menjadikan seorang pemimpin menjadi unik dan khas.
Ruangan yang kami lihat setelah itu adalah ruangan Kepahlawanan di lantai dua. Dalam ruang ini, diperlihatkan suka duka seorang polisi yang bertugas pada area-area yang tidak diinginkan melalui dokumentasi foto. Di sini, saya tiba-tiba sadar bahwa tidak banyak yang dapat memahami kehidupan seorang polisi dalam kesehariannya. Biasanya, masyarakat Indonesia hanya memperhatikan polisi saat mereka diperlukan. Selain itu, mereka tidak pernah memikirkan tentang cakupan area tugas dan berbagai macam tantangan yang dihadapi seorang polisi secara langsung dan tidak langsung.
Di samping ruang kepahlawanan, juga terdapat ruangan Kesatuan yang berisi atribut dan seragam-seragam kesatuan, ruangan Simbol Kepolisian yang berisi simbol-simbol dalam kepolisian, ruangan Penegakan Hukum yang berisi alat-alat pendeteksi uang palsu dan narkotika, ruangan Laboratorium Forensik dan Identifikasi, serta Kids Corner untuk arena bermain anak-anak.
Di lantai dua juga lebih banyak menampilkan kiprah berbagai satuan kerja dan organisasi yang berada di bawah naungan Polri. Mereka disajikan dalam bentuk berbagai foto dan deskripsi fungsi mereka masing-masing. Beberapa contoh adalah Lembaga Pendidikan Kepolisian (Lemdikpol), Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam), Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), Korps Brigade Mobil (Brimob), Korps Lalu Lintas (Korlantas), Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror, serta Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter).
Di lantai ketiga, terdapat perpustakaan, ruang audio visual serta diorama pengeboman Bali dan Ritz-Carlton. Di area ini, suasanaya lebih curam dibandingkan lantai-lantai sebelumnya karena cahaya yang digunakan secara minimum. Sayangnya, kami juga tidak diperbolehkan untuk mengambil foto apapun yang terdapat di lantai tersebut.
Akhirnya, saya dan teman saya selesai mengelilingi Museum Polri. Saat berkeliling, kami selalu memikirkan tentang artefak apa yang akan digunakan untuk tugas kami. Ketika kami menuruni tangga kembali ke lantai dasar, saya akhirnya memilih artefak yang menarik perhatian saya dari awal, yaitu senapan Bren yang terletak di koleksi peralatan.
Senapan Bren adalah seri Serangan Mesin Ringan (SMR) yang diadopsi oleh Britania sekitar tahun 1930 dan digunakan dalam berbagai misi pasukan sampai tahun 1991. Senapan ini terkenal karena perannya sebagai kekuatan Senapan Mesin Ringan utama yang digunakan infanteri Britania Raya dan Persemakmuran Inggris dalam Perang Dunia II, dan juga digunakan dalam Perang Korea dan digunakan dalam misi tempur yang terjadi dalam seluruh paruh kedua abad ke-20, termasuk pada perang Falkland pada tahun 1982 dan Perang Teluk pada tahun 1991. Meskipun dilengkapi dengan standar bipod, senapan ini juga bisa dipasang pada standar tripod atau standar atas kendaraan.
Bren adalah versi modifikasi dari Senapan Mesin Ringan  ZB vz. 26  yang dirancang di Cekoslowakia dan telah diuji oleh tentara Angkatan Darat Inggris selama kompetisi senjata api pada tahun 1930-an. Lalu, Bren kemudian menggunakan magazen peluru box (kotak) melengkung yang khas, pelindung pijar kerucut dan laras rubah-cepat. Nama Bren berasal dari “Brno”, yaitu kota di Cekoslowakia dimana Zb vx. 26 awal dirancang, dan Enfield, sebuah daerah di Inggris yang merupakan tempat berdirinya pabrik senjata Royal Small Arms Factory. 
Sekitar tahun 1950, senapan Bren di-desain ulang untuk dapat  menggunakan peluru 7,62 x 51 mm NATO. Posisinya sebagai SMR utama di Angkatan Darat Inggris digantikan sebagian oleh SMSG (Senapan Mesin Serba Guna) L7, senjata pengguna sabuk-peluru yang lebih berat. Senjata ini pada tahun 1980-an diganti dengan SMSG L86 yang menembakkan peluru 5,56 x 45 mm NATO, yang menyebabkan Bren hanya digunakan hanya sebagai senjata pada standar beberapa kendaraan.
Dalam operasionalnya, Bren dijalankan oleh dua personel (orang pertama sebagai penembak dan orang kedua untuk mengganti magasin senjata). Dilengkapi bipod yang terhubung, biasanya senjata ini dioperasikan dengan diletakkan pada tanah. Dalam waktu satu menit, Bren mampu menembakkan 500 – 520 amunisi. Sedangkan proyektil yang ditembakkan mampu mencapai kecepatan 745 meter per detik dengan jarak efektifnya 500 meter dan jarak tembak maksimumnya 1,5 km.
Bren bisa menggunakan 3 jenis magasin, yaitu magasin yang berisi 20 peluru, magasin beriisi 30 peluru berwujud kotak, dan magasin berisi 100 peluru yang berwujud seperti drum. Bren menggunakan sistem bidikan secara manual (iron sight), pada era perang dunia kedua terkenal karena kestabilan dan akurasinya. Senjata ini biasanya digunakan sambil posisi tiarap dengan ditopang oleh bipod atau tripod, tapi ada juga personel yang menggunakannya sambil bergerak. Disamping itu senjata ini juga dapat dipasang pada dudukan senjata yang berada pada mobil prajurit, sehingga memungkinkan digunakan sambil berkendara.
Dalam Perang Kemerdekaan Indonesia pun, Bren adalah senapan mesin yang digunakan oleh tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). Senapan mesin ini banyak digunakan oleh tentara AFNEI dalam berbagai pertempuran dengan pasukan Indonesia, seperti dalam Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Setelah Perang Kemerdekaan tersebut, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mulai menggunakan SMR Bren dalam pasukan senapan mesinnya. Pasukan operasi khusus Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian Indonesia juga masih menggunakan SMR Bren.
Kunjungan saya ke Museum Polri sangat bermakna. Tidak hanya karena hal itu diperlukan untuk mengerjakan tugas Sejarah, namun juga karena kunjungan ini membuka mata serta pikiran saya. Sebelum saya pergi ke museum tersebut, saya tidak terlalu memerhatikan polisi. Memang, mereka terlihat dimana-mana. Mereka mengatur lalu lintas, menangkap penjahat, mendampingi tokoh penting, menjaga rumah tangga, dan sebagainya. 
Sebelum kunjungan tersebut, saya tidak pernah berhenti untuk memikirkan alasannya, mengapa mereka melakukan itu semua. Sebelum kunjungan tersebut, saya tidak pernah menyangka kalau tidak hanya TNI yang gugur untuk melindungi Indonesia, tetapi Polri juga. Nama-nama yang tercantum di dinding tersebut mengharukan saya karena mereka gugur demi kami, demi Indonesia. Saya senang dengan pilihan saya untuk mengunjungi Museum Polri, karena sekarang saya tahu bahwa pahlawan-pahlawan Indonesia tidak hanya presiden atau TNI, dan mereka masih ada di sini.

Oleh: Annisa Putri Cahyani/XI-MIPA 4


Komentar


  1. Bolavita Agen Sabung Ayam S128 Bonus Setiap Deposit Agen permainan Sabung Ayam S128, membuka jasa layanan judi online yang mengunakan taruhan uang
    Ayam Laga Online merupakan permainan adu ayam / tarung ayam online yang menyediakan pertandingan adu ayam, adu ayam filipina, sabung ayam bangkok


    Boss Juga Bisa Kirim Via :
    Wechat : Bolavita
    WA : +6281377055002
    Line : cs_bolavita
    BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menelusuri Sejarah Kendaraan di Museum Angkut

SUASANA RUANG MEJA MAKAN KELUARGA LAKSAMANA MAEDA!

Kali Pertama ke Bromo